Minggu, 12 Februari 2012

Kelelahan

Matahari sudah berada di atas kepala, namun pengerjaan Gua Natal tetap dilakukan. Di ujung kelas 9H itu, Wisnu dan Ricky masih asyik menyelesaikan Gua Natal yang sudah hampir jadi itu. 
"Wis, aku mau turun beli minum dulu yah. Kamu istirahat dulu aja mending," ucap Ricky.
"Ok deh.. Aku titip beliin es teh dong," balas Wisnu sembari menyodorkan uang seribu rupiahnya.
"Sip.. Aku turun duluan yah Wis" ujar Ricky sembari pergi.
***
"Phew..panasnya hari ini.. Mana Gua masih kurang bagus pondasi belakangnya lagi.." keluh Wisnu sambil menyandarkan dirinya di bawah papan tulis.
"Hoam.. ngantuknya......" 
***
Blam.. Tiba-tiba, pintu kelas tertutup disertai dengan hembusan angin ribut..
Wisnu yang tengah mengantuk langsung terkejut sambil bergumam ada sesuatu yang tidak beres tengah terjadi.
"Nampaknya hanya angin kencang biasa.." gumamnya lagi setelah mengecek pintu dan keadaan ruang kelas sekitar yang sudah kosong.
"Ni juga Ricky kemana sih lama amat beli es teh doang aja sampai begini lamanya," omel Wisnu dalam hati.
Wisnu-pun memutuskan untuk menyelesaikan pembuatan Gua Natal seorang diri sambil menunggu Ricky yang tak kunjung kembali.
***
Blamm.. Pintu kelas 9H tiba-tiba terbuka disertai hembusan angin kencang..
Nampak, juga sebuah kertas ikut terbawa masuk ke ruangan. 
"Apa-apaan ini.. You're the next?" ucap Wisnu membaca tulisan dari secarik kertas itu.
"Ini pasti kerjaan orang iseng..," pikir Wisnu sambil membuang tulisan itu ke tong sampah.
"Hal itu belum tentu Wisnu.." ucap suara yang berada dibelakang Wisnu.
"Ricky? Kamu ngagetin aku aja.. Kamu darimana aja? Mana es tehku?" tanya Wisnu.
"Untuk apa es teh kalau yang meminumnya saja sudah di ambang kematian.." balas Ricky sambil memegang sebuah boneka yang tampak seperti Wisnu. 
"Itu aku..?" tanya Wisnu.
"Yayaya... ini jugalah yang akan menjadi tiketmu ke Neraka!" teriak Ricky sambil menekuk kaki boneka itu.
Seperti sulap, gerakan Wisnu pun mengikuti gerakan boneka itu.
"Kau lihat'kan? Apa yang akan terjadi jika aku patahkan bagian-bagian vitalnya yah?" bisik Ricky yang tiba-tiba sudah berada di samping Wisnu.
"Jangan lakukan itu Ric.. Emang apa salahku ke kamu sampai kamu tega lakuin hal seperti ini?" pinta Wisnu.
"Halah tak perlu kau tanya-tanya lagi. Kau sendiri sudah tau jawabannya. Kau terlalu menguras tenaga kelompok padahal perencanaanmu sendiri tidak matang. Kamu terlalu terpaku pada hasil dan melupakan hal yang lainnya. Kau tidak becus jadi ketua. Inilah yang akan kau terima!!!!" teriak Ricky membelah boneka itu menjadi dua bagian.
***
"Tidaakkkk!!!!!!!" teriak Wisnu.
"Hey.. heyy Wis.. sadar Wis.. Kenapa kamu dadakan teriak? Dingin yah kena es tehnya hihi" ucap Ricky yang tengah duduk di samping Wisnu.
"Ehh Ric.. aku masih hidup?" tanya Wisnu keheranan.
"Ya iyalahh kamu masih hidup.. Ini buktinya kalau ga hidup apa coba hehehe" ucap Ricky.
"Hmm.. berarti tadi cuma mimpi buruk doang.." gumam Wisnu sendiri.
"Mimpi buruk apaan Wis? Oyaa.. ni es teh kamu minum dulu gih.. Kayaknya kamu shock berat hehe," ujar Ricky sambil memberikan es teh milik Wisnu.
"Jadi gini lho....," cerita Wisnu kepada Ricky tentang mimpi buruknya tadi.
***
"Jadi aku mau tanya nih sama kamu... Emang bener ya yang kamu rasain kayak gitu?" tanya Wisnu.
"Well, ga kayak gitu juga sih Wis.. cuma ya agak ada benernya.. Kamu kesannya kayak menguras tenanga anggota kelompok. Padahal'kan anggota kelas lain juga bisa aja kamu kerahin untuk membantu. Tapi kalau soal perencanaan sih udah cukup bagus cuma emang kita salah perkiraan aja bahannya jadi kurang dan agak ga imbang," jawab Ricky.
"Hmm.. ya waktunya kan masih sampai besok siang penilaiannya... Aku akan coba deh ubah sikap aku. Maaf yah kalau udah menguras tenaga kamu, Ric," ucap Wisnu lirih.
"Gpp koq Wis.. belum terlambat juga'kan buat berubah. Yang penting sekarang Gua Natal kita udah jadi.. Cuma tinggal nunggu Venny buat hias palungannya sama kasih lampu-lampu deh. Yuk kita pulang aja," ujar Ricky.
"Yuk pulang.. Aku juga kayaknya kelelahan banget nih sampai kena mimpi buruk tadi hehehe," balas Wisnu sambil menutup pintu kelas.
Blam...
***

Kamis, 14 Juli 2011

Puisi tentang Sahabat

Di awal kita berkenalan..
Bagaikan air dan minyak adalah perumpaan yang pas untuk kita
Tiada seorang pun yang bisa mengakrabkan kita...
Pertengkaran seolah menjadi makanan sehari-hari..
Tiada hari tanpa perdebatan denganmu,
bahkan untuk masalah sepele pun..
Semua yakin kita tak pernah bisa disatukan..

Namun, kenyataan berkata lain...

Seiring waktu yang terus berputar,
Tak disangka, semua hal itu berubah
Kau dan aku kini tak bisa dipisahkan...

Suka duka kehidupan masa remaja,
kita lewati bersama..
Semuanya terasa mudah saat bersama dirimu
Oh sahabatku, kuberharap kau selalu ada disisiku..
Namun, kenyataan berkata lain..
Sekarang ruang dan waktu telah memisahkan kita,...
Ku hanya bisa berharap
agar persahabatan kita akan abadi selamanya....